Ada sebuah dialog sebuah film yang aku rekam dalam memori kepalaku. Kira-kira seperti ini:
"Aku memilih dia sebagai suamiku karena aku melihat kesempurnaan di diri nya. Sebab aku orang yang tidak sempurna dan butuh orang lain untuk memperbaiki diriku. I need him because he can fix me. Tapi kenyataannya setelah menikah aku tidak melihat dia sebagai sosok yang sempurna, aku melihat dirinya adalah diriku, sama tidak sempurnanya. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi dengan pernikahan kami sekarang ini."
Aku yakin hampir semua wanita mengalami hal ini (sama seperti halnya aku..hehe...sstt suamiku baca ga ya ^_^). Tapi ga separah sampai mempertanyakan pernikahan kalee.
Kadang melihat suami sebagai sosok yang tidak sesuai harapan emang berasa kecewa banget. Kok gini ya, dulu ga gitu. Kok jadi aku yang lebih tangguh dibanding dia.
Tapi satu yang aku pelajari selama ini. Bahwa sebenernya yang punya masalah adalah diriku, Kadang susah sekali untuk kompromi dengan kebiasaan-kebiasaan suami. Aku selalu menuntut kesempurnaan padahal suamiku aja ga pernah nuntut aku untuk jadi sempurna. Solusinya si sebenernya simple...Mari Bicara..... Dan suamiku itu type orang yang mau mendengar.
Jadi Mari Bicara dan Mari Mendengar satu sama lain ;)
hihihi.. thanks for sharing ndah..
ReplyDeletekadang emang kita (kita? gue kali) terlalu sombong untuk mau menerima kekurangan orang lain..
padahal, kalau mau yang sempurna.. nyarinya dimana coba? lagian emang gue sempurna gitu?
hehehe..
thanks to make me think deeper about this :-)
oups tnyata ada komen nya tho *ga nyadar* :D
ReplyDeleteIya Adhe...sama2 ;) seneng bisa berbagi *wink*