Menu Navigation

27 November 2010

Manusia Plastik


Lagi di Taxi, ngeliat orang ketawa-ketawa sendiri sambil selonjor di pinggir jalan di Surabaya jadi inget kampung halaman dulu. Ya fenomena orang gila atau bahasa halusnya orang yang terganggu jiwanya.

Di kota besar seperti Surabaya and Semarang jarang aku ketemu orang-orang ini. Kalo di Tegal my hometown banyak banget tuh. Di emper-emper toko Jalan Veteran bisa berjejer-jejer di situ bikin takut orang yang mo lewat. Termasuk aku dan mbak ku jaman kecil dulu. Sampai menghindar-hindar kalo jalan lewat situ. Pernah kejadian juga jaman SMU pas pulang sekolah, ada orang gila ini selonjoran depan rumahku. Alhasil aku lari terbirit-birit ke rumah temen. Mana pintu dikunci dari dalem rumah pula. Jadinya nunggu deh sampe orang itu pergi. Ada temen di Semarang bilang kalo orang-orang yg terganggu jiwanya di kota Tegal ini adalah buangan dari kota Semarang. Masak si? Sapa yang buang ya? Masak dari suatu instansi? Jadi pake truk di angkut trus dpindah ke kota laen, termasuk kota Tegal ini. Kok gitu ya? Kalo ada orang-orang seperti siapa sebenernya yang paling bertanggung jawab dunk? Tapi ga tau bener apa ga cerita ini. 

Satu pengalaman lagi membekas di ingatan, jaman SD dulu di Garung Wonosobo. Ada satu orang yang terganggu jiwanya. Entah darimana berasal, dia menempeli bajunya dengan plastik-plastik sampai penuh. Dan kita pun menyebutnya 'Manusia Plastik'. Hehe..ada-ada aja. Bahkan dengan gangguan jiwa, dia masih bisa kreatif. Biasa dia 'ngetem' di depan SD ku, di bundaran sampai deket pasar Garung. Ya sudah pastilah kita ketakutan.

Bicara serius soal hal ini, sungguh memilukan ketika orang-orang ini kehilangan hak hidupnya untuk melakukan banyak hal termasuk beribadah dan hidup layak. Entah harus menempatkan mereka di posisi mana di dunia ini dan di akhirat nanti, semoga mereka tidak dijadikan kaum yang terbuang. 

24 November 2010

Kompromi

Ada sebuah dialog sebuah film yang aku rekam dalam memori kepalaku. Kira-kira seperti ini:
"Aku memilih dia sebagai suamiku karena aku melihat kesempurnaan di diri nya. Sebab aku orang yang tidak sempurna dan butuh orang lain untuk memperbaiki diriku. I need him because he can fix me. Tapi kenyataannya setelah menikah aku tidak melihat dia sebagai sosok yang sempurna, aku melihat dirinya adalah diriku, sama tidak sempurnanya. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi dengan pernikahan kami sekarang ini."

Aku yakin hampir semua wanita mengalami hal ini (sama seperti halnya aku..hehe...sstt suamiku baca ga ya ^_^). Tapi ga separah sampai mempertanyakan pernikahan kalee.
Kadang melihat suami sebagai sosok yang tidak sesuai harapan  emang berasa kecewa banget. Kok gini ya, dulu ga gitu. Kok jadi aku yang lebih tangguh dibanding dia. 

Tapi satu yang aku pelajari selama ini. Bahwa sebenernya yang punya masalah adalah diriku, Kadang susah sekali untuk kompromi dengan kebiasaan-kebiasaan suami. Aku selalu menuntut kesempurnaan padahal suamiku aja ga pernah nuntut aku untuk jadi sempurna. Solusinya si sebenernya simple...Mari Bicara..... Dan suamiku itu type orang yang mau mendengar.
Jadi Mari Bicara dan Mari Mendengar satu sama lain ;)